Jumat, 11 September 2009

PT Dirgantara produksi 10.000 roket FFAR


Roket FFAR versi air launched (photo : saairforce)


PT Dirgantara Indonesia tahun ini akan memproduksi sedikitnya 10.000 roket Fin Folding Aerial Rocket untuk memenuhi permintaan Departemen Pertahanan menyusul kebijakan pemerintah yang memprioritaskan penggunaan produksi dalam negeri.

Agus Eddy, General Manager Satuan Usaha Defence PT DI, mengatakan roket jenis Fin Folding Aerial Rocket (FFAR) itu sudah diserap TNI sejak pertama kali diproduksi pada 1981.

Dia mengungkapkan roket yang sebagian besar materialnya berasal dari komponen lokal itu sebenarnya memiliki kapasitas produksi hingga 20.000 unit per tahun.

"Kapasitas 10.000 unit itu untuk satu shift kerja. Apabila permintaan naik, kami bisa memproduksi hingga 20.000 unit," katanya kepada Bisnis, kemarin.

Roket jenis FFAR memiliki tiga tipe berdasarkan diameter serta jarak luncur, yakni tipe MK 60 dengan diameter 100 mm serta tipe MK4 dan MK40 berdiameter 67 mm.

Peralatan ini tidak bisa dikendalikan sehingga peluncurannya ke target sasaran membutuhkan kecermatan personel militer. Pada TNI AU, roket ini biasa digunakan sebagai senjata untuk jet tempur.

FFAR memiliki kemandirian teknologi yang sulit diketahui negara lain, sebab proses produksinya ditangani seluruhnya oleh personel BUMN strategis itu.

Agus mengatakan saat pertama kali diproduksi pada 1981, pihaknya masih menerapkan teknologi di bawah lisensi produsen roket Force de Zeeburg Belgia.

"Kami terus mempelajari dan memodifikasi teknologi itu, sehingga bisa diproduksi sendiri."

PT DI juga memproduksi roket multilauncher yakni jenis yang tidak hanya bisa diluncurkan dari udara namun dari darat dan laut.

Roket jenis itu, kata Agus, 100% desainnya dibuat personel PT DI, namun dia tidak bisa menyebutkan kapasitas produksi dari jenis ini karena tidak mengetahui datanya.

Satuan Usaha Defence PT DI saat ini juga mampu membuat torpedo berdiameter 122 milimeter yang mempunyai jangkauan area hingga 40 km di pabrik divisi perusahaan yang berlokasi di Tasikmalaya, Jawa Barat.

"Semua peralatan ini sebagian besar diserap oleh TNI dan sebagian lainnya diekspor ke sejumlah negara. Namun, kami tidak bisa menyebutkan nama negaranya karena terikat perjanjian," tandasnya.
NKRI HARGA MATI!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar