Minggu, 20 Desember 2009

Mesin Jet Tempur Malaysia Dicuri

Su-30MKM TUDM. (Foto : DID)


21 Desember 2009, Kuala Lumpur -- Personel Angkatan Udara Malaysia mencuri sebuah mesin jet tempur dari gudang militer, untuk menjualnya ke pasar gelap di luar negeri.

Pencurian itu telah terjadi lebih dari setahun yang lalu, saat mesin pesawat sedang mengalami perbaikan. Namun hal itu diketahui publik setelah surat kabar New Straits Times melaporkannya Sabtu lalu, mengutip informasi dari petugas yang tidak diketahui identitasnya.

Menteri Pertahanan Ahmad Zahid Hamidi mengatakan pihak berwenang sedang mengumpulkan bukti-bukti untuk mengadili mereka yang terlibat, termasuk beberapa personel berpangkat rendah dan warga sipil.

"Tindakan keras juga akan diambil terhadap staf yang terlibat atas pengkhianatan terhadap negara," ujarnya seperti dikutip dari AP, Senin (21/12/2009).

"Sebuah perusahaan internasional yang berbasis di Amerika Latin membeli mesin itu seharaga 50 juta ringgit (USD14 juta), karena harganya murah," tambah Ahmad Wahid.

Mesin yang dicuri itu digunakan untuk jet tempur berawak tunggal dan pesawat pengintai, dan diyakini berakhir pada pembeli di Timur Tengah.

Okezone

RX520 Siap Terbang Akhir 2010


Roket RX-420. (Foto: LAPAN)


20 Desember 2009 -- Teknologi roket buatan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) mengalami kemajuan pesat.Setelah sebelumnya meluncurkan RX320 pada 2008, kini berhasil meluncurkan RX420.

Sukses mengembangkan RX420, bukan lantas Lapan berpuas diri. Akhir tahun ini, Lapan kembali mendesain RX520. Roket yang lebih besar dan memiliki daya jangkau lebih jauh dibanding RX420.

Deputi Bidang Teknologi Dirgantara Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Soewarto Hardhienata mengatakan, RX520 siap terbang akhir 2010. RX520 ini memiliki spesifikasi yang lebih hebat ketimbang RX420.Sesuai desain awal,RX520 memiliki kecepatan maksimal 1,7 km/detik. RX520 ini memiliki panjang hingga 8,8 meter dengan bahan bakar propelan padat seperti jenis roket lain.

“Daya jangkau roket RX520 mencapai 200 km.Ini lebih jauh dua kali lipat dibanding RX420,” ujar Soewarto kepada Seputar Indonesia. Hanya saja, teknologi roket yang dikembangkan Lapan tidak untuk kebutuhan alat utama sistem persenjataan (alutsista). Roket buatan Lapan hanya untuk keperluan sipil yang akan digunakan sebagai penunjang dalam mengorbitkan satelit.

Untuk diketahui, Kamis (2/7), Lapan berhasil meluncurkan RX420,roket terbesar yang dibuat lembaga antariksa Indonesia. Roket RX-420 adalah roket dengan diameter 420 mm,panjang 6 m dan berbobot 1 ton. Roket ini menggunakan bahan bakar solid-komposit yang ketika diluncurkan ke angkasa memiliki jangkauan 100 km dengan kecepatan hingga 4,5 mach atau 4,5 kali kecepatan suara.

Saat peluncuran,roket eksperimen RX420 berdiri dengan sudut elevansi 70 derajat di lapangan desa Cilautereun Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten Garut.Tak beberapa lama,suara roket menderu, diiringi kepulan asap putih membumbung. Hanya dalam hitungan detik,roket melesat ke angkasa. Lapan sendiri konsentrasi dalam pembuatan roket untuk keperluan sipil. Nantinya roket-roket buatan Lapan tersebut akan digunakan sebagai penunjang dalam mengorbitkan satelit milik Indonesia.

“Kapasitas roket buatan Lapan memang untuk keperluan sipil. Jadi kami fokus dalam membuat roket untuk mengorbitkan satelit,”tandasnya. Meski demikian, teknologi roket yang dibuat Lapan ini sudah bisa dikembangkan untuk membuat senjata pelindung alutsista. Jika Departemen Pertahanan (Dephan) mau mengadopsi teknologi yang dimiliki Lapan sebagai roket berhulu ledak, bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi satu kekuatan yang ditakuti oleh bangsa-bangsa lain.

Soewarto sendiri secara terbuka menerima jika Dephan ingin bekerja sama mengembangkan dalam pembuatan rudal balistik dengan jangkauan yang lebih jauh.Untuk saat ini,sesuai dengan tugasnya, Lapan hanya membuat roket untuk keperluan sipil.Teknologi roket yang dikembangkan Lapan, pada dasarnya merupakan dual use, di mana bisa dipakai untuk keperluan sipil maupun militer.

Namun, Lapan sendiri hanya mengembangkan roket untuk keperluan sipil karena sesuai dengan kewenangannya. Sementara itu, jika untuk keperluan militer diserahkan kepada Dephan. “Kami memang pernah bekerja sama membuat roket kaliber 122 untuk TNI AL, tapi kewenangan dari Lapan sejatinya bukan itu. Kami hanya mengembangkan roket pendorong untuk satelit.Untuk keperluan militer, biar Dephan yang bicara,”paparnya.

Jika saja Lapan dan Dephan bersinergi membuat rudal balistik memakai RX520, bukan tidak mustahil rudal tersebut mampu menjadi senjata yang takuti. Dengan daya jelajah mencapai 200 km,senjata balistik ini akan mampu melindungi pulau-pulau di Indonesia.Bahkan jika peluncuran di lakukan di Batam, bukan tidak mustahil bisa menembus hingga Malaysia dan Singapura. Ketua Pokja Pertahanan Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin mengatakan Indonesia memang sudah saatnya memiliki rudal berhulu ledak buatan sendiri.

Teknologi yang dimiliki Lapan, sudah bisa dipakai untuk membuat rudal balistik jarak menengah.“Indonesia harus mandiri. Dephan harus bekerja sama dengan Lapan membuat rudal berhulu ledak,”tuturnya. Tubagus mengatakan, keberhasilan Lapan menguji coba roketroketnya membuat Indonesia semakin ditakuti. Roket buatan Lapan tinggal dibekali hulu ledak di ujungnya dan menciptakan direksi untuk mengarahkan koordinat sasaran.

“Sebagai negara kepulauan,tentu dibutuhkan rudal yang mampu melindungi pulau-pulau tersebut dari serangan musuh,”lanjutnya. RoketbuatanLapanmerupakan teknologi hasil ciptaan ilmuwan Indonesia. Lapan bahkan menciptakan bahan bakar racikan ilmuwan Indonesia yang tak kalah dibanding buatan ilmuwan luar negeri. Bahan bakar racikan ilmuwan Lapan tersebut bahkan telah diuji coba di rudal exocet TNI yang tak terpakai. Hasilnya, kecepatan rudal menjadi 2 kali lipat dibanding kecepatan dengan menggunakan bahan bakar rudal asal Prancis.

Amunisi Kaliber Besar

Sementara itu, PT Pindad sudah menguasai teknologi untuk amunisi kaliber kecil.Tahuntahun mendatang, PT Pindad akan mengembangkan amunisi kaliber besar. Menurut juru bicara PT Pindad Timbul Sitompul, amunisi kaliber 20 mm dan kaliber 120 mm telah dilakukan pengembangannya pada tahun 2009 ini.Kemudian pada 2010, PT Pindad merencanakan akan memproduksi amunisi kaliber 105 mm.

Selanjutnya pada 2011, akan dikembangkan warhead dan rudal dengan mode proximity fuse. Proximity fuse menyebabkan kepala rudal akan meledak pada jarak yang telah ditentukan dari target. Teknologi proximity fuse ini menggunakan kombinasi dari satu atau beberapa sensor di antaranya radar, sonar aktif, infra merah, magnet, foto elektrik.Tidak hanya itu,PT Pindad juga merencanakan akan memproduksi rudal darat pada tahun 2012 mendatang.

Tunggu Malingsia di episode berikutnya

Malingsia 2011

Menara kontol kembar bakal hancur




Thank To NKRI _JAYA

Sabtu, 12 September 2009

Detasemen Bravo-90 / DEN BRAVO-90 (DEN BRAVO)



Logo Den BravoDetasemen Bravo 90 (disingkat Den Bravo-90) terbilang pasukan khusus Indonesia yang paling muda pembentukannya. Baru dibentuk secara terbatas di lingkungan Korps Pasukan Khas TNI-AU pada 1990, Bravo berarti yang terbaik. Konsep pembentukannya merujuk kepada pemikiran Jenderal Guilio Douchet: Lebih mudah dan lebih efektif menghancurkan kekuatan udara lawan dengan cara menghancurkan pangkalan/instalasi serta alutsista-nya di darat daripada harus bertempur di udara.

Pembentukan

Den BravoDari dasar ini, Bravo 90 diarahkan menjalankan tugas intelijen dalam rangka mendukung operasi udara, menetralisir semua potensi kekuatan udara lawan serta melaksanakan operasi-operasi khusus sesuai kebijakan Panglima TNI. Saat dibentuk, Bravo diperkuat 34 prajurit; 1 perwira, 3 bintara, 30 tamtama. Entah kenapa, sejak dibentuk hingga akhir 1990-an, hampir tak pernah terdengar nama Bravo. Dalam masa “vakum” itu, anggotanya dilebur ke dalam Satuan Demonstrasi dan Latihan (Satdemolat) Depodiklat Paskhas. Baru pada 9 September 1999, dilaksanakan upacara pengukuhan Detasemen Bravo dengan penyerahan tongkat komando.

Pelatihan

Den BravoPrajurit Bravo diambil dari prajurit para-komando terbaik. Setiap angkatan direkrut 5-10 orang. Untuk mengasah kemampuan antiteror, latihan dilakukan di pusat latihan serbuan pesawat GMF Sat-81 Gultor, latihan infiltrasi laut dalam rangkan penyerbuan pangkalan udara lepas pantai di pusat latihan Denjaka, latihan UDT (under water demolition) di sarana latihan Kopaska, latihan penjinakan bahan peledak di Pusdikzi Gegana, Polri, serta latihan anti-teror, terjun payung, HALO/HAHO dan demolisi di pusat pelatihan Special Air Service, Britania Raya.

Foto - Foto Den Bravo-90

Den Bravo-90 Den Bravo-90

Den Bravo-90 Den Bravo-90

Den Bravo-90 Den Bravo-90

Den Bravo-90 Den Bravo-90

Den Bravo-90 Den Bravo-90

Den Bravo-90 Den Bravo-90

Den Bravo-90 Den Bravo-90

Den Bravo-90 Den Bravo-90

HUT Den Bravo-90 Den Bravo-90

HUT Den Bravo-90 HUT Den Bravo-90

Den Bravo-90 HUT Den Bravo-90

PT.DI Terima Order 10 Helikopter Bell-412EP


Helikopter Bell-412EP

JAKARTA - PT Dirgantara Indonesia (PTDI) akan sesegera mungkin memulai perakitan pesawat helikopter model Bell-412EP jika kontrak pembelian dengan sejumlah instansi di Indonesia telah ditandatangani. ”Jika kontrak dilakukan tahun ini, tahun ini juga kita langsung memulai perakitan,” kata Arie Wibowo, VP Marketing and Sales Aircraft Integration PTDI, seusai penandatanganan nota kesepahaman di Jakarta, Senin (10/8).

Arie menambahkan, saat ini ada dua instansi yang sudah memesan, yakni: TNI Angkatan Darat (TNI AD) dan BASARNAS. ”TNI AD memesan enam unit dan BASARNAS empat unit,” kata Arie. Nilai kontrak untuk kesepuluh helikopter itu, lanjut Arie, sebesar 115 juta dolar AS. Sehingga harga dari satu unit helikopter tersebut sebesar 11,5 juta dolar AS.

Menurut Arie, minimum perakitan satu unit helikopter tersebut bisa memakan waktu hingga 18 bulan. ”Namun setelah itu, kita bisa merakit satu unit tiap dua bulan itu pun jika memesannya sekaligus,” kata Arie. Disebutkan Arie, PTDI menargetkan untuk merakit sekitar 22 helikopter Bell hingga pada 2014.

Empat Pesawat CN-235 Surveilance Pesanan Korsel Di kirim 2010

CN-235

Jakarta - PT Dirgantara Indonesia (Persero) (PTDI) akan mengirimkan empat pesawat CN-235 surveilance pesanan Korea Selatan (Korsel) senilai 100 juta dolar AS pada 2010.

“Kita akan mulai deliver pada 2010, order Korea berupa empat pesawat CB-235 surveilance,” kata VP Marketing and Sales Aircraft Integration PTDI, Arie Wibowo, di Jakarta, Senin.

Ia menjelaskan, Korea merupakan salah satu negara pemesan CN-235 dengan total order untuk empat pesawat tersebut senilai 100 juta dolar AS.

Saat ini, PTDI memproduksi CN-235 dalam berbagai versi dan telah dioperasikan di beberapa negara selain Indonesia dan Korea.

“Korea, hanya salah satu. Pada dasarnya kita tidak memiliki kompetitor di Asia Pasifik untuk industri kedirgantaraan,” katanya.

CN-235 produksi PTDI juga telah dioperasikan di Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Filipina, UEA, Pakistan, dan Burkina Faso.

Selain itu PTDI juga memproduksi helikopter Super Puma NAS-332 di bawah lisensi Eurocopter (d/h Aerospatiale) Prancis.

PTDI saat ini sahamnya dimiliki seluruhnya oleh Pemerintah RI. BUMN itu berdiri sejak 1976 dan sejak awal telah memproduksi pesawat NC-212, pesawat berpenumpang 19-24 tempat duduk di bawah lisensi EADS CASA Spanyol, dan helikopter NBO-105 di bawah lisensi DASA Eurocopter Jerman.

Sejak 1984, PTDI memproduksi NBell-412 SP dan HP di bawah lisensi Bell Helicopter Textron AS.

“Di samping memproduksi pesawat dan helikopter, kami juga memproduksi komponen struktur pesawat untuk Boeing 737, Boeing 777, Bombardier, Airbus, Mitsubishi Heavy Industry, Eurocopter, dan CTRM Malaysia,” katanya.

BUMN itu merupakan satu-satunya perusahaan yang memproduksi dan memasok komponen Inboard-Outboard Fixed Leading Edge (IOFLE) Airbus A 380.

President Director & CEO Bell Helicopter Textron Inc., Ricard J. Millman, berpendapat, PTDI memiliki semua potensi dan kapabilitas untuk menjadi perusahaan kedirgantaraan termasuk produsen dan pemasaran yang menguasai Asia Pasifik.

“PTDI memiliki potensi untuk itu,” katanya. Sumber : Antara news

LIPI Luncurkan Radar Produk Dalam Negeri ISRA (Indonesian Sea Radar)


LIPI Luncurkan ISRA, Radar Pantai Buatan IndonesiaSUBANG - Indonesian Sea Radar (ISRA) radar pengawas pertama milik Indonesia hasil ciptaan para peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) akhirnya diluncurkan. Ini merupakan radar yang dapat digunakan untuk membantu pengaturan transportasi laut dan udara, pengamatan cuaca, pemetaan wilayah, serta navigasi.

“Selain itu dapat digunakan untuk aplikasi pertahanan keamanan (militer) seperti pemandu rudal dan pengunci sasaran,” ucap Kepala LIPI Prof. dr. Umar Anggara Jenie saat peluncuran radar tersebut yang merupakan bagian dari peringatan hari ulang tahun LIPI ke-42 di Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna (B2PTTG) LIPI Subang, Jawa Barat. Ikut hadir dalam acara para pejabat LIPI.

Prof. Umar mengatakan, radar ISRA merupakan bukti bahwa tenaga ahli dalam negeri mampu membuat peralatan dengan teknologi tinggi. “Ini mendukung kemandirian membuat alat-alat strategis. Belum lagi prosedur pembelian radar luar negeri sulit dan harganya mahal,” jelasnya.

Kepala Bidang Elektronik dan Telekomunikasi LIPI dr. Mashury Wahab mengatakan, penelitian untuk membuat radar tersebut dilakukan selama 3 tahun oleh satu tim berjumlah 20 orang dengan memakan biaya sekitar Rp 3 milyar. Sebelumnya, para peneliti diberikan bantuan oleh pemerintah Belanda untuk pelatihan dasar di Delft University of Technologi the Netherlands yang kemudian diaplikasikan dan dikembangkan di Indonesia.

Radar dengan panjang 2 meter dan lebar 1 meter, berat sekitar 200 kg, serta jangkauan deteksi hingga 64 km tersebut, paparnya, telah menggunakan teknologi Frequency-Modulated Continuous (FM-CW) yang konsumsi daya listrik lebih rendah dan ukuran radar lebih kecil dibanding radar yang digunakan di Indonesia.

“Radar yang digunakan instansi-instansi pemerintah teknologinya ketinggalan, daya (listrik) dan ukurannya juga besar. Kalau radar ISRA biaya operasional dan perawatannya jauh lebih rendah,” ujar dia.

60 persen komponen radar, ungkapnya, masih di impor sehingga menjadi hambatan dalam proses pembuatan karena harus menunggu masuknya komponen.

Uji coba radar sudah dilakukan di Cilegon dengan mendeteksi kapal-kapal yang melintasi selat sunda. Menurutnya, produksi masal untuk radar tersebut diharapkan dapat dilakukan pada 2011 setelah melalui proses penyempurnaan.

“Tahap selanjutnya pada akhir tahun ini, kita akan buat radar mobile yang bisa dibawa kemana-mana. Tahap terakhir tahun 2011 kita akan buat jaringan dengan beberapa radar yang terkoneksi dan bisa dipantau dari pusat tanpa harus ke lapangan,” jelas dia.

Untuk harga jual, lanjut dia, diperkirakan lebih murah 50 persen dibanding radar pesaing dari negara Polandia yang dibandrol Rp 9 milyar.

Radar versi militer

Lebih lanjut Mashury menjelaskan, LIPI sudah ditugaskan oleh Kementrian Negara Riset dan Teknologi untuk membuat radar versi militer dengan teknologi yang sama untuk dipasang di kapal milik TNI AL pada tahun 2010. “Saat ini semua radar di kapal TNI AL masih impor. Hanya radar dan senjata saja memakan 55 persen dari total harga kapal,” ucapnya.

Selain TNI AL, katanya, berbagai pihak mulai tertarik menggunakan radar tersebut seperti Badan Koordinasi Keamanan Laut, Departemen Perhubungan, pihak swasta untuk pengawas pelabuhan, dan beberapa pihak asing. “Di Asia Tenggara cuma kita yang bisa buat (radar),” ujarnya. Source : Kompas

Jumat, 11 September 2009

Indonesia Military

indonesia military power




Indonesia Amphibious Assault




MARS TNI AU




INDONESIAN ARMY POWER




TNI SIAP HAJAR PENEROBOS INDONESIA


SPR-2: Pindad

KEKUATAN MILITER INDONESIA

KEKUATAN MILITER INDONESIA 2009


Last Updated : 04/10/2009


PERSONNEL

Total Population : 237.512.352 (2008)

Population Available : 125.530.542 (2008)

Fit for Military Service : 104.496.911 (2008)

Reaching Military Age Annually : 4.291.700 (2008)

Availability > Males age 15-49 : 65.665.700 (2008)

Active Military Personnel : 628.800 (2009)

Active Military Reserve : 607.000 (2008)

Active Paramilitary Units : 207.000 (2008)



ARMY

Army Personnel : 220.000 active ( AD 2009)

Armed Forces Personnel : 297.000 active ( AD 2009)

Reserve : 400.000

Total Land-Based Weapons : 2.122 (2008)

Tanks : 460 (2008)

Armored Personnel Carriers : 684 (2004)

Towed Artillery : 293 (2004)

Self-Propelled Guns : 70 (2004)

Anti-Aircraft Weapons : 515 (2004)

Wheleed APC : 1.560 (2009)

Light tank : 1.300 (2009)

Sp Gun : 190 (2008)

Weapon holdings : 1.166.000 (2008)



NAVY

Strenght : 67.000 (2009)

Marines : 17.000 (2009)

reserve : 10.000 (2008)

Total Navy Ships : 136 (2008)

Merchant Marine Strength : 971 (2008)

Major Ports and Harbors : 10 (2007)

Destroyers : 24 (2009)

Submarines : 2 (2009)

Frigates : 17 (2008)

Patrol & Coastal Craft : 24 (2004)

Mine Warfare Craft : 12 (2004)

Amphibious Craft : 26 (2004)

Amphibious : 250 (2009)

Torperdo boat : 64 (2009)

Corpet : 44 (2009)

Landing Ship : 28 (2009)



AIR FORCE

Active : 27.850 personnel (2008)

Reserve : 30.000 (2008)

Total Aircraft : 313 (2004)

Aircraft : 346 (2008)

Helicopters : 194 (2004)

Serviceable Airports : 652 (2007)

Combat aircraft : 116 (2009)




Sources : US Library of Congress : Central Intelligence Agency

- Wikipedia

- Globalfirepower.com

- Situs Resmi TNI

- Vholenxcrome.blogspot.com

PT. LAPAN

PT. LAPAN

LAPAN Kembangkan Roket Kendali 1.000 Km dan Balistik 400 Km

Garut (ANTARA News)- Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Adi Sadewo Salatun, mengatakan pada 2010 LAPAN sudah akan mengembangkan roket balistik bernama RX-420 dengan daya jangkau 400 km dan roket kendali berdaya jelajah 1.000 km.

"Tapi LAPAN lebih pada untuk mengindera atau surveilance, jadi bukan untuk rudal. LAPAN hanya berkonsentrasi pada roket-roket ilmiah, tetapi soal kaitan dengan pertahanan kita serahkan ke industri pertahanan dan pelaku pertahanan," kata Adi di sela peluncuran roket-roket LAPAN di Pamengpeuk, Garut, Jabar, Selasa.

Meskipun setiap warga negara memiliki hak untuk bela negara, LAPAN, ujarnya, hanya membuat bagaimana roket bisa mengorbit sendiri.

Ditanya soal komponennya, roket-roket balistik dan kendali yang diujikan ini, ujarnya, merupakan buatan LAPAN sendiri hingga softwarenya kecuali hal-hal seperti subsistemnya misalnya mikroprosesornya.

Sementara bahan bakar roket yakni oksidator dan "fuel" yang selalu diblokade oleh negara-negara maju yaitu Ammonium Perchlorate (AP) dan HTPB (Hydroxy Terminated Poly Butadiene) juga sudah mampu dikuasai ahli LAPAN.

"Kalau kita lihat performanya lebih bagus daripada yang kita impor, gradenya lebih halus. Terbukti ketika launching tadi, lebih agresif," katanya.

Roket-roket buatan LAPAN yang diuji terbang tersebut yakni tipe RX-250 satu unit, RX150 sebanyak tiga unit, tipe RX100 tiga unit, RX-70 tiga unit dan RX-70 FFAR empat unit.

Perancangan Roket RX-250 difokuskan pada upaya pengurangan berat struktur menggunakan tabung motor yang lebih tipis sehingga diperoleh ketinggian dan jarak jangkau yang maksimal.

Dimensi roket ini berdiameter 240mm dengan panjang total 4.242mm dirancang mencapai misi ilmiah dengan tinggi terbang 27,9km dan jarak jangkau 51,3km pada sudut peluncuran 70 derajat.

ROKET2 RX-250


ROKET2 RX-250



Roket-Lapan RX100



Roket-Lapan RX100



Roket RX 320





Beragamnya aplikasi satelit dan meningkatnya kebutuhan wahana ini, ditambah berlakunya pelarangan pembelian komponen pembuat roket, mendorong Indonesia mengumpulkan daya agar mandiri dalam bidang peroketan yang dikembangkan sebagai wahana pengorbit satelit.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) yang mencapai usia 45 tahun pada 27 November lalu, sejak 2007 melakukan percepatan dalam pengembangan teknologi peroketan dan satelitnya. Percepatan itu terjadi setelah berhasil melepas ketergantungannya pada pembuatan bahan bakar propelan dari pihak asing, antara lain amonium perklorat.

Setelah sukses dengan peluncuran roket eksperimen berdiameter 320 mm atau Rx-320, Lapan berhasil melakukan uji statik Rx-420 pada Selasa (23/12) di Pusat Teknologi Wahana Dirgantara Lapan Rumpin, Tarogong, Tangerang. Pelaksanaan uji statik ini menyusul uji peluncuran roket kendali berdiamater 100 mm dan 300 mm serta roket balistik 122 mm yang diluncurkan akhir pekan lalu di Pamengpeuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Seusai menyaksikan pelaksanaan uji statik Rx-420 itu, Menteri Negara Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman mengatakan akan terus mendorong Lapan untuk konsisten mengembangkan roket sesuai dengan kompetensinya hingga mampu mengorbitkan satelit. ”Untuk program roket tahun 2009, saya telah mengusulkan kepada DPR dana sebesar Rp 25 miliar,” ujarnya.



Pada 2009, jelas Kepala Lapan Adi Sadewo Salatun, setelah keberhasilan uji statik Rx-420, program peroketan akan dilanjutkan dengan uji peluncuran roket tersebut yang menurut rencana dilaksanakan Mei 2009.

Dijelaskan Edi Sofyan, Ketua Kelompok Penelitian Bidang Kendali Roket Lapan, roket kendali RK-100 sebanyak tiga unit diluncurkan Sabtu (20/12) di Pamengpeuk, Garut Selatan. Misi peluncuran ini adalah untuk menguji sistem kendali pada sirip belakang.

Peluncuran RK-100, yang mempunyai panjang 4 meter ini, merupakan fase ketiga eksperimen roket itu. Fase I yang dilakukan September 2007 masih ditemukan masalah pada bagian sayap. Setelah dilakukan perbaikan, dilakukan peluncuran RK-100 fase II pada Juni 2008.

Adapun uji peluncuran roket kendali 300 mm yang merupakan tahap pertama, jelas Edi, bertujuan untuk menguji sistem pendorong roket dan turbo jet.

Pada Minggu (21/12) di lokasi yang sama dilaksanakan peluncuran tahap pertama roket balistik RB-122 yang tidak dilengkapi dengan sistem kontrol. Pada uji peluncuran ini bertujuan untuk mengukur kinerja atau performansi motor roket.

Pengujian kinerja roket baik sistem kendali dan balistik merupakan satu rangkaian dalam pengembangan roket pengorbit satelit.


Konfigurasi Rx-420-320

Roket eksperimen berdiameter 420 mm (Rx-420), pelaksanaan uji statiknya tertunda seminggu, karena diperlukan penambahan sistem penahan pada bagian ekor propulsi, agar aman. ”Dengan memasang sistem penahan yang memadai pada roket, yang ditempatkan pada posisi horizontal di lorong itu, maka roket akan tetap stabil ketika dilakukan uji penyalaan,” urai Adi.

Dalam kondisi nyala, roket Rx-420 yang menggunakan bahan bakar amonium perklorat akan memiliki daya dorong hingga 10 ton dalam waktu 11 detik. ”Lepasnya penahan pernah terjadi pada tahun 1986 dalam uji statik sebuah roket. Akibatnya, roket keluar dari block house (rumah uji),” tambah Adi.

Pengukuran hasil uji statik Rx-420, jelas Lilis Mariani, periset di Tim Uji Statik Rx-420, performasi roket ini sedikit lebih baik dibandingkan desain rencana, terutama pada daya dorong roket yang lebih tinggi dari yang direncanakan.

Roket Rx-420 ini merupakan bagian penting dalam konfigurasi Roket Pengorbit Satelit (Satellite Launch Vehicle/SLV) Pertama Lapan yang direncanakan meluncur pada tahun 2014, jelas Yus Kadarusman Markis, Kepala Pusat Teknologi Wahana Dirgantara Lapan.

Pada SLV-I itu, terdiri dari roket tiga tingkat, yaitu pada tingkat pertama dipasang tiga roket Rx-420 sebagai pendorong atau booster, pada tingkat dua satu propulsi berdiameter 420 sebagai sustainer, dan di tingkat tiga propulsi 320.

Dengan komposisi roket tersebut dan menggunakan bahan bakar propelan padat, menurut Yus, telah memadai untuk membawa satelit ke orbit. ”Roket pengorbit ini memungkinkan membawa nano satelit yang persiapannya makan waktu dua tahun.



Satu roket Rx-420 yang berbobot sekitar 2 ton memiliki jangkauan 120 km. Dengan konfigurasi itu, SLV-I diharapkan dapat menjangkau ketinggian sekitar 400 km. Roket ini dapat membawa muatan 50 kg untuk sampai pada orbit yang dicapai minimal pada ketinggian 250 km. Kecepatan horizontal roket di orbit mencapai 8 km per detik.

Saat ini Lapan tengah mengembangkan sendiri material yang lebih ringan untuk roket, karena pengembangan teknologi pembuatan baik propelan maupun material roket bersifat tertutup.

”Pembelian material dari pihak asing tidak dimungkinkan karena semua negara, termasuk China, tidak lagi memenuhi pesanan material untuk pembuatan roket dari Indonesia, sebagai negara yang masuk kategori perlu diawasi seperti Iran,” urai Yus.

Pada tahapan selanjutnya, Lapan akan terus mengembangkan roket berdiameter lebih besar, yaitu Rx-540 dan Rx-750. Roket Rx-420 merupakan roket keenam yang dikembangkan Lapan selama ini. Roket generasi terdahulu berturut-turut memiliki diameter 70, 100, 150, 250, dan 320 mm.

Sejak beberapa tahun lalu, lanjut Yus, peneliti Lapan juga telah mengembangkan bahan bakar propelan cair yang baru mencapai bobot 10 kg. Masih diperlukan waktu lama untuk sampai pada kapasitasnya untuk mendukung roket pengorbit satelit.

Kendalanya karena kurangnya sumber daya manusia peneliti dan sulitnya memperoleh bahan baku, serta tingginya tingkat kesulitan dan bahaya ledakan dalam pembuatan propelan cair. Meski begitu, Lapan harus mengembangkan pembuatan propelan cair yang memiliki kelebihan daripada propelan padat, yaitu membuat roket mudah dikendalikan ketika mengorbit.

Source : KOMPAS

Dibawah ini adalah sebagian PRODUCT DARI PT.PINDAD

ME-105

















Kita doakan semoga tekhnologi, Informatika dan bidang kemiliteran di Indonesia semakin kuat dan meningkat . . . . .bangkitlah Indonesiaku. . . .semoga dimasa yang akan datang kita bisa menjadi negara yang memilki pertahanan yang kuat dan sebanding dengan negara-negara kuat didunia . . . . . . . . . . . . .


Source : vholenxcrome.blogspot.com