Jumat, 11 September 2009

Pantau Ketahanan Pangan lewat Satelit


Random Images

Satelit tidak hanya sekadar memberikan gambaran mengenai permukaan Bumi. Dengan satelit, upaya ketahanan pangan dapat dilakukan.

Gempa tsunami yang terjadi pada akhir 2004 lalu telah meluluhlantakkan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Lewat satelit, daerah yang terkena hantaman tsunami dapat terlihat dengan jelas.

Satelit telah menjadi kebutuhan yang tidak terpisahkan dengan kehidupan manusia, salah satu yang menonjol adalah kebutuhan komunikasi.

Telekomunikasi membuat orang yang berada di setiap penjuru dunia dapat menerima informasi dari belahan dunia lain, baik berupa informasi yang berbentuk gambar maupun suara, dalam waktu yang sama maupun berdekatan. Pada perkembangannya, satelit tidak hanya terbatas pada bidang tersebut, satelit dapat memantau bencana alam, gempa bumi, banjir, ataupun kebakaran hutan.

Dan saat ini, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) tengah mengembangkan suatu satelit yang sebagai alat untuk menjaga ketahanan pangan. Satelit yang diberi nama Lapan A2 dan Lapan Orari tersebut akan digunakan untuk melihat kondisi pertanian di Indonesia. Dengan satelit tersebut maka akan diketahui siklus tanaman. Salah satu tanaman yang akan menjadi objek pantauan satelit tersebut adalah padi.

Karena tanaman ini identik dengan parameter tanaman untuk menjaga ketahan pangan. Dengan satelit tersebut maka dapat diketahui wilayah yang sedang ditumbuhi padi, wilayah tanaman yang siap panen, ataupun tanah yang belum dilakukan penanaman, terang Toto Marnanto Kadri, Kepala Pusat Teknologi Elektronika Dirgantara, LAPAN.

Perbedaan warna yang ditampilkan satelit yang kemudian diinformasikan kepada stasiun Bumi menandakan suatu kondisi lahan pertanian tersebut. Dengan satelit itu akan diperoleh informasi mengenai jenis tanaman yang cocok untuk di tanaman di suatu areal tertentu. Selain itu, satelit ini nanti dapat gunakan untuk memantau zona laut, seperti tambak udang. Namun, satelit tersebut tidak dapat digunakan untuk memantau sumber daya alam yang ada di laut.

Tidak hanya dalam bidang pertanian, satelit yang rencananya akan diluncurkan pada 2011 dapat digunakan dalam bidang perkebunan. Seperti, untuk melihat luas perkebunan kelapa sawit maupun dalam bidang kehutanan, kata Toto yang menempuh pendidikan dari Jurusan Fisika, Universitas Indonesia.

Lapan A2

Lapan A2 dirancang sebagai satelit surveilans Bumi atau pengamatan dari jauh dengan peralatan elektronik. Fungsi kamera ini tidak beda dengan kamera CCTV. Lapan A2 digunakan untuk memantau lingkungan Bumi. Supaya dapat memberikan informasi berupa gambar, Lapan A2 dilengkapi dengan kamera Kappa HDTV (High Definition Television). Kamera yang terdapat dalam satelit ini akan mengirimkan gambar seperti layaknya gambar yang tersaji dalam layar televisi.

Berbeda dengan satelit buatan Amerika pada umumnya, Lapan A2 yang rencananya akan diluncurkan di India tersebut memiliki berat 68 kilogram. Sementara, satelit buatan Amerika paling tidak memiliki berat 400 kilogram. Sebagai pemantau Bumi, Lapan A2 dibuat dengan resolusi 5,1 meter dengan luas cakupan tangkapan seluas 9,7 kilometer.

Satelit yang dibuat di negara maju umumnya menggunakan radar untuk menentukan posisi, kecepatan, maupun arah dari satelit. Namun, untuk Lapan A2, navigasi yang dilakukan adalah dengan menggunakan GPS (Global Positioning System). Berbeda dengan radar, satelit yang menggunakan navigasi tersebut dapat dipantau dari negara lain. Sementara dengan GPS, pengendali satelit hanya dapat dilakukan oleh stasiun GPS di Bumi dan tidak dapat diketahui oleh negara lain.

Hanya radar memiliki ketepatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan GPS. Untuk ukuran orbit satelit, Lapan A2 ditempatkan pada orbit yang tidak terlalu tinggi yaitu pada jarak 650 kilometer dari Bumi. Sedangkan orbit satelit yang tergolong tinggi jika satelit tersebut teletak pada jarak ribuan kilometer. Pada kondisi tersebut, satelit akan lebih tenang dan tidak turun dari posisi orbit.

Lapan Orari

Sementara Lapan Orari adalah satelit lain yang tengah dikerjakan LAPAN. Berbeda dengan Lapan A2, Lapan Orari lebih ditujukan sebagai satelit pencitraan, sebab kamera yang digunakan adalah kamera pencitraan atau imaging camera. Sehingga satelit ini dapat memantau objek yang ada di Bumi secara lebih detail, kata Toto. Selain sebagai satelit yang ditujukan bagi ketahanan pangan, Lapan Orari memiliki fungsi utama yaitu sebagai satelit komunikasi. Aplikasinya, satelit ini digunakan sebagai saluran gelombang elektromagnetik pada amatir radio, baik suara maupun data digital.

Seperti halnya Lapan A2, Lapan Orari diletakkan pada ketinggian orbit 650 kilometer dari Bumi. Satelit yang ditempatkan pada ketinggian tersebut memiliki bobot senilai kurang lebih 70 kilogram. Untuk menunjang perannya sebagai satelit pemantau dan pencitraan, Lapan Orari dilengkapi dengan kamera video yang memiliki resolusi sebesar 200 meter dengan cakupan tangkapan satelit seluas 80 kilometer. Sedangkan resolusi kamera pencitraan yang dapat menangkap objek secara detail sebesar 13 meter dengan cakupan tangkapan satelit sejauh 94,9 kilometer. Seperti halnya Lapan A2, satelit ini menggunakan sistem GPS untuk memantau keberadaan satelit di orbit. Pemantauan sendiri akan dikendalikan melalui stasiun yang ada di Bumi.

Sebagai sistem pencitraan atau imager, satelit ini dilengkapi kamera yang menggunakan filter optik khusus supaya dapat mendeteksi objek yang diamati dengan lebih baik. Pengamatan yang dilakukan satelit ini adalah vegetasi atau daratan dengan menggunakan filter optik pada daerah panjang gelombang red, green, dan near infra red. Sedangkan untuk aplikasi pengamatan laut ditambah dengan filter optik blue. Dengan citra-citra tersebut akan diketahui jenis-jenis tanaman atau vegetasi serta luas areanya sehingga dapat digunakan untuk mengetahui luas areal tanaman pertanian dan fase tanamnya.

Namuan sebagai satelit baru, tentu banyak mesti dilakukan pembenahan. Sehingga data yang diperoleh satelit tidak dengan gamblang digunakan begitu saja. Sebab harus dilakukan pengujian kesesuaian antara data-data satelit dan kondisi di lapangan.

Garis Ekuator

Satelit yang dibuat oleh LAPAN berada di dekat garis ekuator atau garis khatulistiwa. Satelit ini beredar mengelilingi Bumi pada orbit ekuatorial inklinasi (kemiringan sumbu rotasi Bumi terhadap orbit Bumi) sekitar enam sampai delapan derajat. Dengan orbit ekuatorial tersebut, Toto mengatakan, maka satelit dapat menjangkau seluruh Indonesia.

Di samping itu, dengan posisinya tersebut, maka satelit ini hanya dapat digunakan oleh wilayah-wilayah yang dilewati oleh garis ekuator dan hanya dapat diakses melalui stasiun Bumi yang menggunakan saluran GPS. Sebab, saluran navigasi yang digunakan adalah GPS. Tanpa saluran ini, informasi yang ditangkap Lapan A2 dan Lapan Orari tidak dapat diakses. Satelit ini dibuat untuk masa dua tahun, tapi umumnya satelit dapat bertahan sampai umur sepuluh tahun.

Satelit yang dibuat oleh lapan tersebut akan melintasi Indonesia setiap 100 menit sekali atau sekitar 13,7 kali dalam sehari. Saat satelit berada di atas wilayah Indonesia, stasiun Bumi dapat memantau perkembangan informasi yang diperoleh satelit tersebut. Pemantauan terhadap satelit tidak harus dilakukan selama 24 jam. Namun pemantauan dapat dilakukan pada malam hari, jika satelit tersebut melintasi Indonesia pada malam hari , Jelas Toto.

Saat ini, Indonesia memiliki beberapa stasiun bumi di antaranya stasiun Bumi yang dimiliki perusahaan telekomunikasi serta stasiun Bumi yang dimiliki LAPAN, di antaranya yang berada di Rumpin (Bogor), Rancabungur (Bogor), serta Biak (Papua). Adanya stasiun Bumi yang berada di berbagai wilayah tersebut membuat data satelit yang melintasi daerah tersebut akan dapat terekam


source : koran-jakarta.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar