PT. Dirgantara Indonesia
NBO 150 - 3
NBO 150 - 2
NBO 150 - 2
NBell-412 4
NBell-412 3
NBell-412 2
NBell-412 1
NAS-332 Super Puma 7
NAS-332 Super Puma 6
NAS-332 Super Puma 5
NAS-332 Super Puma 4
NAS-332 Super Puma 3
NAS-332 Super Puma 2
NAS-332 Super Puma 1
Pesawat CN 235 MPA (Maritime Patrol Aircraf PT.DI)
Super Puma NAS 332 (PT.DI)
CN 235 PT. DIRGANTARA INDONESIA
PT Dirgantara Indonesia Menang Tender US$ 94,5 Juta
Seoul - PT Dirgantara Indonesia (PT. DI) menang dalam tender pengadaan empat pesawat penjaga pantai untuk Korea Selatan senilai US$ 94,5 juta. Direktur Utama PT. DI Budi Santoso dan pemerintah Korea Selatan menandatangani kontrak jual-beli tersebut di Seoul kemarin.
Direktur Aircraft Integration PT. DI Budiwuraskito menjelaskan, setelah melewati serangkaian uji unjuk kerja dan komersial, pesawat NC235-110 keluaran PT. DI berhasil menyisihkan pesaing dari Spanyol, Amerika Serikat, dan Israel.
Pesawat NC235-110, ia memaparkan, memiliki jangkauan jelajah 1.150 mil laut (nautical miles) serta sanggup beroperasi hingga delapan jam dengan membawa delapan orang di dalam kabin yang nyaman. "Spesifikasi teknisnya hanya kalah oleh pesawat EADS-CASA dari Spanyol, yang bisa menjangkau hingga 1.200 mil laut," kata Budi. Dari segi unjuk kerja, NC 235-110 menempati posisi kedua, disusul Amerika Serikat dan Israel.
Sedangkan dari segi komersial, yang mencakup harga dan dukungan suku cadang, Dirgantara juga berada di posisi kedua dalam tender yang dibuka pada November lalu tersebut. "Yang pertama adalah perusahaan dari Amerika Serikat, ketiga Israel, dan yang keempat Spanyol."
Soal teknis pembayaran kontrak pesawat ini, kata Budi, pemerintah Korea Selatan akan memenuhinya secara bertahap sebanyak enam kali dalam jangka waktu 29 bulan. Pada saat penandatanganan kontrak, pemerintah Korea Selatan membuka letter of credit senilai US$ 16,4 juta, atau 17,4 persen nilai jual. PT. DI akan mengirimkan dua pesawat pesanan pada akhir 2010, dan dua lagi pada awal 2011.
Menurut Budi, pemerintah Korea Selatan juga mengisyaratkan niatnya untuk membeli lagi empat pesawat serupa pada tahun anggaran 2010. Tahun ini, selain NC 235-110, PT. DI berhasil menjual dua helikopter dan satu pesawat lainnya.
Sedangkan tahun depan, PT. DI akan menjual empat unit pesawat NC 235-220, dengan spesifikasi yang lebih tinggi dibanding NC 235-110. "Tiga ke Angkatan Laut dan satu untuk Angkatan Udara," ujar Budi. Selain itu, Dirgantara berencana mengikuti tender dua unit pesawat di Kolombia pada Februari mendatang.
Direktur Aircraft Integration PT. DI Budiwuraskito menjelaskan, setelah melewati serangkaian uji unjuk kerja dan komersial, pesawat NC235-110 keluaran PT. DI berhasil menyisihkan pesaing dari Spanyol, Amerika Serikat, dan Israel.
Pesawat NC235-110, ia memaparkan, memiliki jangkauan jelajah 1.150 mil laut (nautical miles) serta sanggup beroperasi hingga delapan jam dengan membawa delapan orang di dalam kabin yang nyaman. "Spesifikasi teknisnya hanya kalah oleh pesawat EADS-CASA dari Spanyol, yang bisa menjangkau hingga 1.200 mil laut," kata Budi. Dari segi unjuk kerja, NC 235-110 menempati posisi kedua, disusul Amerika Serikat dan Israel.
Sedangkan dari segi komersial, yang mencakup harga dan dukungan suku cadang, Dirgantara juga berada di posisi kedua dalam tender yang dibuka pada November lalu tersebut. "Yang pertama adalah perusahaan dari Amerika Serikat, ketiga Israel, dan yang keempat Spanyol."
Soal teknis pembayaran kontrak pesawat ini, kata Budi, pemerintah Korea Selatan akan memenuhinya secara bertahap sebanyak enam kali dalam jangka waktu 29 bulan. Pada saat penandatanganan kontrak, pemerintah Korea Selatan membuka letter of credit senilai US$ 16,4 juta, atau 17,4 persen nilai jual. PT. DI akan mengirimkan dua pesawat pesanan pada akhir 2010, dan dua lagi pada awal 2011.
Menurut Budi, pemerintah Korea Selatan juga mengisyaratkan niatnya untuk membeli lagi empat pesawat serupa pada tahun anggaran 2010. Tahun ini, selain NC 235-110, PT. DI berhasil menjual dua helikopter dan satu pesawat lainnya.
Sedangkan tahun depan, PT. DI akan menjual empat unit pesawat NC 235-220, dengan spesifikasi yang lebih tinggi dibanding NC 235-110. "Tiga ke Angkatan Laut dan satu untuk Angkatan Udara," ujar Budi. Selain itu, Dirgantara berencana mengikuti tender dua unit pesawat di Kolombia pada Februari mendatang.
Nir Awak Buatan Indonesia
Pelatuk, UAV buatan BPPT
Bangga bercampur haru saat saya ikut technical presentasi yang diberikan PT. Aviator Teknologi Indonesia (PT.ATI) diacara Indo-Defense 2008 lalu. Bagaimana tidak, teknologi yang mestinya sudah kita kuasai 15 tahun lalu kini sudah diwujudkan. Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali.
Sebenarnya penelitian dan pengembangan (Litbang) sudah cukup lama dilakukan, yakni dari tahun 2000 yang dirintis pertama kali oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Salah satu perusahaan yang ikut digandeng BPPT adalah PT.ATI.
Hingga kini kerjasama masih terjalin, terutama dalam hal sarana dan prasarananya. Seperti perangkat keras serta system yang digunakan di pesawat nir-awak ini. Prototype pertama PT.ATI pernah diperkenalkan di penghujung tahun 2005, dengan menampilkan pesawat TUAV (Tactical Unmaned Aerial Vehicle) pertamanya. Smart Eagle I.
Hasil Litbang BPPT pun kini sudah menunjukkan hasil yang menggembirakan dengan telah dibuatnya beberapa prototype PUNA (Pesawat Udara Nir-Awak), sampai dengan sekarang sudah ada 10 unit dengan tiga varian yang dibuat. Yakni varian Pelatuk, Gagak dan Wulung, dengan kelebihan masing-masing.
- PT.DI / IPTN
- PT.PAL
- All Source
Tidak ada komentar:
Posting Komentar